Distokia adalah suatu kondisi sapi yang mengalami kesulitan melahirkan. Kesulitan melahirkan menjadi kekhawatiran setiap peternak karena distokia menjadi sebab utama kematian anak sapi. Sapi dan kerbau merupakan spesies yang paling diketahui memiliki tingkat insidensi distokia yang paling tinggi diantara semua hewan domestik. Apa sih faktor yang mempengaruhi distokia tersebut?
Penyebab paling umum distokia pada sapi adalah disproporsi feto-pelvis. Situasi tersebut paling umum terjadi pada sapi dara dimana fetus memiliki ukuran normal untuk berkembang biaknya namun pelvis induk memiliki ukuran yang tidak mencukupi (ukuran relatif lebih besar) atau fetus mungkin sangat besar dan tidak dapat dilewatkan melalui kanal pelvis dengan ukuran normal.
Berikut merupakan penyebab kesukaran dalam proses kelahiran pada sapi meliputi tiga faktor utama yaitu
Kekurangan tenaga pada induk untuk mengeluarkan fetus. Hilangnya kontraksi otot uterus dapat menyebabkan distokia dan retensi plasenta. Hal ini dapat terjadi dikarenakan kekurangan nutrisi dan ukuran pinggul sapi yang terlalu kecil
Adanya gangguan pada jalan kelahiran induk
Adanya kelainan pada fetusnya (ukuran dan posisi fetus). Persilangan atau penyuntikan Inseminasi Buatan yang berbeda jenis dengan indukan
Lantas bagaimana agar sapimu tidak terkena distokia?
Banyak yang beranggapan jika semakin cepat ternak dikawinkan maka semakin cepat ternak dapat bereproduksi sehingga usaha peternakan semakin ekonomis. Namun, dalam kondisi tertentu, perkawinan betina sengaja ditunda loh sob! Kondisi tersebut jika sapi memiliki postur tubuh yang kecil agar menghindari kejadian distokia. Umur betina pertama kali dikawinkan akan berpengaruh pada umur induk pertama kali beranak. Jadi perhatikan bobot sapi-sapi dara saat dikawinkan ya sob!
Bagaimana tanda-tanda distokia pada sapi?
Melihat tanda-tanda kelahiran normal berhenti dan distokia terjadi, bukanlah hal yang mudah.Tanda-tanda khusus meliputi:
Persalinan berkepanjangan (Anak sapi dapat bertahan sampai 8 jam selama 2 tahap persalinan namun waktu persalinan biasanya jauh lebih pendek dari ini), tidak progresif.
Persalinan tahap pertama yakni sapi berdiri dalam posisi yang tidak normal selama 1 tahap persalinan
Merejan keras selama 30 menit tanpa penampilan anak sapi
Kegagalan fetus untuk dikeluarkan dalam waktu 2 jam setelah amnion muncul di vulva
Malpresentasi jelas, malpostur, atau maldisposisi; misalnya penampilan kepala fetus tapi tidak ada kaki depan, penampilan ekor tapi tidak ada tungkai belakang, penampilan kepala dan satu kaki depan
Secara ekonomi, distokia pada sapi merupakan tantangan yang besar karena meningkatkan biaya penanganan. Sapi yang mengalami distokia harus ditangani dengan cepat dan tepat. Penanganan yang dilakukan saat hewan mengalami distokia adalah
1. Mutasi adalah tindakan mengembalikan presentasi, posisi dan postur fetus agar normal.
(Anonim, 2015)
2. Penarikan paksa dilakukan apabila uterus lemah dan janin tidak ikut menstimulasi perejanan. Penarikan fetus melalui jalan lahir dapat menggunakan kekuatan. Kekuatan tersebut diaplikasikan dengan tangan atau menggunakan alat penarik fetus yang dapat diaplikasikan saat melakukan pertolongan pada proses kelahiran.Penarikan fetus dalam kasus distokia dilakukan dengan tepat dan tidak menggunakan kekuatan berlebihan karena dapat menyebabkan trauma pada induk dan fetus. Penarikan paksa ini biasanya dilakukan dengan jumlah minimal 4 sampai 10 orang dewasa kecuali jika menggunakan alat penarik fetus.
a. Penarikan fetus menggunakan tarikan tangan (Karen Lee, 2016) (ditarik menggunakan tali tampar)
b. Penarikan fetus menggunakan alat penarik fetus atau calf puller. (Avet, 2014)
3. Pemotongan janin (Fetotomi) dilakukan apabila presentasi, posisi, dan postur fetus yang abnormal dan sangat sulit diatasi dengan mutasi atau penarikan paksa demi mengutamakan keselamatan induk.
(Anonim, 2002)
4. Operasi caesar (Sectio Caesaria), merupakan alternatif terakhir apabila semua cara tidak berhasil. Operasi caesar adalah prosedur operasi (bedah) untuk mengeluarkan janin (fetus) dengan membuat irisan melalui dinding perut (laparotomi) dan uterus (hiskotomi). Indikasi untuk prosedur ini mencakup janin (fetus) tidak di posisi yang benar dan susah untuk dikeluarkan, kondisi maternal yang abnormal seperti torsio uterus yang tidak dapat dibetulkan lagi dan untuk mengurangi trauma pada saluran reproduksi induk.
By: Raviana Mulyawatiningsih dan Aisyah Azza Nur H